Main Article Content

Abstract

The social transformation of Tegal society has brought a logical consequence to the society, economically, culturally and politically. Local wisdom provides public protection to survive in the midst of social change. The ability of the Tegal community in dealing with social change is one of the determinants of social wisdom that is there. Some of the things that prove to be the impact of globalization and the advancement of IPTEK in Tegal include; (i) the entry of Hand Phone and (ii) influence in transportation. Efforts to strengthen the nation's identity and maintain the local wisdom of the people of Tegal have had enough awareness and it was built through a small scope such as family, village, village, town. Villagers usually have more and more resistance to the threat of change. The aspect of the change referred to here is the trasisi of the agrarian society towards the industrial community. Certainly it is a consequence, but researchers have identified some social wisdom that characterized the people of Tegal

Keywords

Conservation Historioal Heritage Community Participation Character Values

Article Details

References

  1. Akmal, Muhammad Ridha Haykal. 2001. Program Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah: (Studi Kasus 5 Anak Jalanan di Rumah Singgah Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia). Disertasi. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
  2. Amini, Mutiah. 2013. Modernitas Dan Perubahan Identitas di Perkotaan: Sejarah Sosial Keluarga Elite Jawa di Semarang Pada Awal Abad Ke-20. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
  3. Andari, Soetji. 2013. Solidaritas Sebagai Strategi Survival Anak Jalanan: Study Kasus di Lempuyang, Yogyakarta. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada.
  4. Anonim. 2008. Jumlah Anak Jalanan Cenderung Meningkat. Diunduh di http://jawapos.co.id/jumlah-anak-jalanan-cenderung-meningkat 12 November 2015.
  5. Departemen Sosial RI. 2004. Kebijakan Penanganan Anak Jalanan Terpadu. Diunduh di http://depsos.go.id 12 November 2017
  6. Fahmal, Muin. 2006. Peran Asas-asas Umum Pemerintahan yang Layak Dalam. Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih. Yogyakarta: UII Press. Fakih, Farabi. 2014. Akar-akar Kanan daripada Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Jawa dalam Konteks Kesejarahannya. Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1: 37-50.
  7. Kuntowijoyo.2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
  8. Le Roux, J. dan Smith, C. S., 1998. Causes and Characteristics of the Street Child Phenomenon: A Global Perspektive. Adolescence. 33(131): 683-688.
  9. Lusk, Mark W. 2015. Street Chindren Programs in Latin America. The Journal of Sociology & Social Welfare. 16(1): 55-77.
  10. Ritzer, George &Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi; Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
  11. Sedyawati, Edy. 2006. Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
  12. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
  13. Suhartini, Tina, dan Panjaitan, Nurmala K. 2009. Strategi Bertahan Hidup Anak Jalanan: Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 3 (2): 215-230.
  14. Sutopo, H.B. 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.
  15. Tjahjorini, Sr., Margono, S., Asngari, Pang S., Susanto, D. 2005. Persepsi Anak Jalanan Terhadap Bimbingan Sosial Melalui Rumah Singgah di Kotamadya Bandung. Jurnal Penyuluhan. 1(1): 21-32.
  16. Van Peursen, C. A. dan Dick Hartoko. 2000. Strategi kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
  17. Waryanti, D. R. (2015). Figur Dewi Sri dalam Mitos Masyarakat Jawa Sebagai Sumber Ide Penciptaan Karya Seni Keramik. Disertasi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret).